Mengapa Ama Bangga dengan Sulit Airnya?

Sebagian besar tulisan ama di blog ini “bernyawakan” sulita. Bukan karena ama pernah lahir dan tinggal di sulita lantas hampir semua tulisan berbau sulita, tapi meski hanya sekitar 12 tahun ama hidup di sulita ama rasa banyak hal yang ama ingat dari daerah ini. Hal-hal yang mungkin menurut orang sepele namun itu semua berarti dan mapu membuat ama menjadi orang yang bahagia. Masa-masa SD ama habiskan di Sulita.
Baca lebih lanjut

Misteri Jam Gadang Bukittinggi

 Gambar Ini adalah foto Jam Gadang yang merupakan ikon Kota Bukittinggi. Kata orang belum ke Bukittinggi bila belum mengunjungi daerah ini. Jam Gadang terletak di pusat kota Bukittingi atau lebih pasnya di Pasar Bawah Depan Ramayana ( ini versi pribadi lho biar gampang mengingtanya, kan kita kalau di bilang mall langsung cepat ingat di memori , tul g seh ?)

Nah neh sedikit info tentang Jam Gadang yang ama ambil dari wikipedia. Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota). Pada masa penjajahan Belanda, jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan, sedangkan pada masa pendudukan Jepang, berbentuk klenteng. Pada masa kemerdekaan, bentuknya berubah lagi menjadi ornamen rumah adat Minangkabau.

Ukuran diameter jam ini adalah 80 cm, dengan denah dasar 13×4 meter sedangkan tingginya 26 meter. Pembangunan Jam Gadang yang konon menghabiskan total biaya pembangunan 3.000 Gulden ini, akhirnya menjadi markah tanah atau lambang dari kota Bukittinggi. Ada keunikan dari angka-angka Romawi pada Jam Gadang ini. Bila penulisan huruf Romawi biasanya pada angka enam adalah VI, angka tujuh adalah VII dan angka delapan adalah VIII, Jam Gadang ini menulis angka empat dengan simbol IIII (umumnya IV).

Untuk misteri simbol Romawi ini sebelumnya ama juga g tau. Yah meskipun sering ke Bukittinggi ( Maklum papa ama orang Bukittinggi jadi minimal lebaran pasti ke Bukittinggi) ama yakin g semua orang memperhatikan “keunikan” ini. Karena ya kalau kita ke Bukittinggi biasanya langsung ke Pasar Aur buata belanja atau ke Ngarai dulu sambil singgah ke Gua Jepang. Jadi Jam Gadang agak diabaikan toh karena dia besar bisa dilihat dari aauh pun.

Nah bagi yang ingin ke Bukittinggi jangan lupa memperhatikan angka-angka di jamnya, bahkan kalau perlu tanya sam penjaganya apa dibalik misteri susunan angka IIII Romawi ini. Satu lagi Bukittinggi memiliki berbagai makanan khas yang bisa dijadikan buah tangan, seperti Kerupuk Sanjai ( Balado atau yang indak), Karak Kaliang ( eeits kalau yang satu ini tanya dulu dari mana asalnya, maksudnya orang mana yang bikin. Bocoran ya kalau Karak Kaliang yang weanak itu dari Sungai Jariang, (dakek Jambek rumah papa ama, makanya ama tau).

Pokoknya g rugi kalau mau ke Bukittinggi asal ado pitih pai kama se bisa, nio boli aa pun jadi. Jangan salah Bukittinggi ini lebih dikenal orang dibandingkan Padang, Ibukotanya Sumatera Barat.

Met liburan